Senin, 30 April 2018

Memahami Isi dari apa yang tertulis

Judul diatas adalah definisi dari membaca, membaca itu kebutuhan, dalam satu karya Pramoedya Ananta Toer tertulis “Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi, jauh, jauh di kemudian hari.”

Di usia 10 tahun Bill Gates telah membaca habis World Book Encylopedia seri pertama hingga terakhir.

Atau, contoh lainnya, Hitler kecil yang gemar membaca buku-buku tebal tentang politik, kesusasteraan sedunia dan juga buku non-fiksi di perpustakaan Wina, membaca dapat merubah cara pandang manusia. Jika saja hitler tidak membaca, maka peradaban dunia mungkin tidak seperti sekarang. Jika tidak percaya, silahkan baca buku Mein Kampf karangan Adolf Hitler, bagaimana buku-buku Marxisme mengubah pola pikirnya.

Ingin contoh lainnya lagi? Theodore Roosevelt rutin baca 3 buku sehari. Kalo kita? makannya yg 3 kali sehari.

Dan itu semua masih seujung kuku hobi membaca Ulama, semisal Imam An Nawawi yg tidak hanya baca tapi juga hafal 7000 hadist Imam Muslim dengan sekitar 9-10 sanad ditambah 4-5 sanad inti dari Imam Muslim sampai Nabi. Kita boro-boro hafal, bacanya aja jarang.



Lalu saya jadi teringat candaan Bung Karno, kepada sohib sejatinya, Bung Hatta. “Jika di angkot tertinggal Hatta dan seorang perempuan cantik, tebak apa yang dilakukan Hatta? Jawabannya Baca Buku.” Pecah tawa di rapat kabinet karena kelakar bung Karno.
Masih tentang bung Hatta, 2 (dua) kali diasingkan Belanda ke Boven Digul dan Banda Neira, apa yang beliau hasilkan? Perpustakaan, beliau menulis, mengajari membaca masyarakat sekitar, membuat koleksi buku untuk dikonsumsi oleh khalayak Boven dan Banda.
Mungkin kalau Millenials sekarang yang “diasingkan”, kami tidak langsung berkarya, ada beberapa step wajib yang harus dijalankan seperti: galau dulu berapa saat, terbaawa perasaan, lalu baru update status ke Sosial Media. Kalau si Bung, Beliau diasingkan, justru beliau bersinar.

Penelitian Tirto 13 April 2017 tentang Perpustakaan menyebutkan Finlandia mempunyai sekitar 300 perpustakaan besar dan 500an perpustakaan cabang dan, untuk daerah-daerah berpenduduk jarang, perpustakaan keliling yang saling terhubung dalam sistem terpadu. Perpustakaan-perpustakaan itu relatif populer. Sekitar 40 persen warga Finlandia aktif memanfaatkan fasilitas tersebut.

Bandingkan dengan Indonesia, dari 134.718 Perpustakaan yang ada di Indonesia, hanya 9,97% perpustakaan yang mendapat bantuan dari Pemerintah. Dan apakah perpustakaan tersebut dimanfaatkan oleh 40% warga Indonesia, saya takut angkanya tidak seoptimis itu.

Bahaya jika vector/arah bangsa ini adalah menjadi Negara Maju dengan kekuatan ekonomi terbesar No.5 di tahun 2030, jika membaca saja kita enggan, lalu bagaimana kita compete dengan Negara lain yang setiap saat mereka update keilmuan dan literasi mereka.

 “Membaca adalah kebiasaan yang dibentuk oleh lingkungan. Orang-orang yang tidak mendapatkan kebiasaan membaca dari keluarga dan pergaulannya maka hanya dapat mengharapkan sekolah untuk memperkenalkan kebiasaan itu kepada mereka.”

Negara ini bisa merdeka, karena ada orang-orang gemar membaca buku seperti bung Hatta, analoginya akan sama, 2030, akan menjadi tahun Indonesia jika generasi saat ini sama gemar membacanya dengan bung Hatta.
Yuk kita ciptakan budaya membaca baik untuk diri sendiri dan keluarga, budaya adalah kebiasaan yang disepakati bersama, jadi yaa harus dibiasakan.




Sahabat, ada yang kenal Jeff Bezos? Yap, orang terkaya tahun 2018. Manusia dengan harta 1.500 Triliyun Rupiah itu menjadi viral karena bisa menggeser tahta Bill Gates sebagai orang terkaya di Dunia. Lalu apa yang dilakukan Bezos?

Bisnis utama Bezos adalah Toko Online Amazone, didirikan pada tahun 1995, Amazone awalnya toko buku online yang dijalankan dari garasi rumahnya di Seattle.

Lalu muncul pertanyaan dibenak kita, kok bisa pemilik toko online Amazone yang notabene-nya dulu hanya toko buku bermodal garasi rumah menjadi orang terkaya di dunia?

Mungkin kalau kita ingin membandingkan dan menelisik kembali sosok Bill Gates sedari kecil sudah brilian, di umur ke-10 Bill Gates telah membaca habis Ensiklopedia seri pertama hingga terakhir, lalu menciptakan Microsoft, mengubah tatanan dan struktur pekerja kantoran di seluruh dunia serta menjadikan IT sebagai enabler bisnis terbesar bagi industri apapun.

Kalau Bill Gates yang jadi orang terkaya mungkin kita bisa percaya, dengan segala inovasi dan informasi teknologi yang telah dikaryakan. Nah kalau Jeff Bezos? Apa kita bisa menerima?

Karya Bezos adalah Socio Capital.

Apa itu socio capital? Hmm, secara gampangnya Socio capital adalah sebuah pemanfaatan advantage yang dimiliki orang lain lalu dikolaborasi dengan karya sendiri untuk menghasilkan karya bersama, sebuah karya yang jauh lebih brilian dibanding karya pribadi.






Contoh sederhananya seperti ini:

Sahabat, anda diminta menjadi ketua panitia pesta perkawinan saudara, anda tidak punya pengalaman dalam menyelenggarakan pesta. Lalu bagaimana menyelenggarakan event tersebut? anda harus menyiapkan konsumsi dan beberapa detail kecil lainnya. Untuk melakukan tugas itu, akan lebih mudah kalau kita bertanya dulu atau meminta bantuan pada orang yang sudah berpengalaman, dengan begitu beban anda akan berkurang jauh lebih banyak dan menghindari anda dari kesalahan disetiap detailnya.

Mari kita lompat ke contoh berikutnya yang lebih ilmiah:

Nike, Apakah sahabat tahu berapa pabrik sepatu yang dimiliki oleh Nike saat ini? Jawabannya adalah Nihil alias Nol.

Sejak tahun 2002 Nike tidak lagi memiliki pabrik sepatu, Nike memilih bekerja sama dengan pemilik pabrik (subkontraktor) di berbagai Negara. Sepatu Nike dibuat di berbagai pabrik di seluruh dunia dengan konsep kerja yang sama. Nike mendapatkan pembagian keuntungan yang jauh lebih besar meskipun tidak berinvestasi untuk pabrik, mesin, bahan baku, dan pekerja.

Aset Nike bukan lagi pabrik dan mesin, Aset Nike adalah teknologi kolaborasi. Sumber dayanya bukan lagi bahan baku dan pekerja pabrik, melainkan knowledge worker yang mimiliki ide, kreativitas dan inovasi.

Kembali ke Amazone, baru-baru ini riset BuzzFeed menunjukkan produk-produk dengan penjualan paling banyak berdasarkan kuantitas di Amazon adalah Headset Sony dan Memory Card Sandisk.

Lah kok bisaaa.. jualan barang orang lain malah jadi orang terkaya?

Kolaborasi adalah kuncinya. Sahabat, silahkan baca sendiri buku biografi Jeff Bezos, bagaimana Jeff dapat membangung E-Commerce Amazone dengan pendekatan yang sangat-sangat baik kepada Franchisee dan kepada pelanggan, (Stakeholders Oriented) luar biasa.

Dari Jeff Bezos, muncul paradigma baru, bahwa untuk sukses kita tidak harus menguasai segalanya. Kita hanya perlu memiliki jaringan atau relasi yang luas. Kita tidak harus tahu semua hal, kita hanya perlu tahu apa yang kita butuhkan. - Socio Capital logic.


PENTINGNYA SOCIO CAPITAL LOGIC BAGI PERUSAHAAN

Sahabat, sudah saatnya kita lebih mengedepankan kolaborasi. Pada akhirnya, tidak ada orang yang bisa bekerja sendirian. Upaya membangun tim yang kuat merupakan `modal untuk menghasilkan karya yang sempurna. Kolaborasi merupakan kunci keberhasilan jangka panjang.

Perusahaan Holding harus memiliki paradigma dan perspektif lebih holistik dibandingkan Anggota Holding.

Kerjasama disemua lini, loyalitas dan ketekunan diseluruh lini akan berkorelasi positif dengan kebijakan perusahaan, mulai dari pengambilan keputusan hingga menghasilkan analisa komprehensif yang mewakili seluruh aspek perusahaan.

Michael Jordan pernah berkata “Bakat membuat kita memenangi pertandingan, tapi kerjasama tim membawa kita memenangi kejuaraan”.

Senin, 30 Januari 2017

PAHLAWAN NASIONAL - WHO PAST AWAY UNDER 40






Berikut adalah beberapa pahlawan yang gugur diumur yang masih muda:


Usia 17
Martha Christia Tiahahu (wafat di usia 17 tahun), putri Kapitan Pattimura (Maluku Tengah) yang berjuang melawan Belanda. Ia melakukan aksi mogok makan hingga jatuh sakit dan meninggal di kapal yang membawanya ke pengasingan di Jawa.
Baca Juga
Usia 20-30:
Supriyadi (22) merupakan Komandan Kompi Pembela Tanah Air (PETA) di Blitar. Melihat kekejaman Jepang saat romusha, ia memberontak. Ia diduga dibunuh Jepang ketika tertanggap.

Robert Wolter Monginsidi (24)berhenti mengajar dan bergabung dengan pejuang muda Indonesia saat kedatangan kembali Belanda. Ia memimpin pemberontakan, dan dijatuhi hukuman mati ketika menolak diajak berunding.

Radin Inten II (24) memimpin berbagai serangan rakyat Lampung kepada Belanda. Berkali-kali ia melakukan perlawanan langsung, hingga gugur dalam perjuangan.

RA Kartini 925) lahir di keluarga ningrat Jepara, yang kecewa pada aturan adat yang tidak membolehkan perempuan untuk bersekolah tinggi. Ia mendirikan sekolah gratis bagi anak-anak perempuan untuk wujudkan cita-citanya akan persamaan hak perempuan dan laki-laki. Kartini meninggal tiga hari setelah melahirkan putranya.

Usman bin Haji Mohammad Ali (25) merupakan mariner Angkatan Laut yang ditugasi melakukan pengintaian di Singapura. Ia bersama tiga teman lain berhasil meledakkan sebuah bangunan di tengah kota Singapura. Sayangnya, mereka tertangkap patrol dan dijatuhi hukuman gantung.

Abdul Halim Perdanakusuma (25) pernah mendapat pendidikan navigator udara di Inggris, sekembalinya ke tanah air ia bergabung dengan angkatan udara. Ia membuka hubungan luar negeri untuk mencari senjata bagi pejuang kemerdekaan. Pesawatnya jatuh dalam perjalanan pulang dari tugas negara di Bangkok.

Pierre Tandean merupakan ajudan Jenderal Nasution yang merupakan incaran utama Partai Komunis Indonesia (PKI). Saat peristiwa G-30S, ia sedang berjaga di rumah Jenderal Sudirman. PKI salah tangkap, mengira ia adalah Nasution, ia pun dibunuh di lubang buaya bersama Pahlawan Revolusi lainnya.

Harun Bin Said (27), wafat akibat tertangkap patrol Singapura bersama Usman bin Haji Mohammad Ali.

R Iswahyudi (28) meninggal dalam tugas negara bersama Abdul Halim Perdanakusuma.

I Gusti Ngurah Rai (29) menyerang pendudukan Belanda di Tabanan, hingga satu datasemen menyerah. Namun Belanda melancarkan aksi balasan hingga membuat pasukan Ngurah Rai terdesak. Ngurah Rai serukan “puputan” yang bermakna perang habis-habisan, dimana ia dan pasukannya gugur dengan gagah berani.

Andi Abdullah Bau Messepe (29) merupakan putra mahkota dua kerajaan besar, Bone dan Gowa. Pasca proklamasi kemerdekaan, ia mengajak seluruh rakyatnya untuk memperjuangkan kemerdekaan hingga titik darah penghabisan. Tekadnya ini membuat Belanda ketakutan, lalu menangkap dan menembaknya mati.

Usia 30-40:
Mas Agustinus Adisucipto (31) bersama Suryadi Suryadarma mendirikan sekolah penerbangan pada Desember 1945. Sekolah ini hasilkan kader pejuang yang berani lakukan pemboman terhadap tangsi-tangsi Belanda. Ia ditugaskan pemerintah RI untuk mencari bantuan obat-obatan, namun ketika hendak mendarat di Maguwo Yogyakarta pesawatnya ditembaki pesawat Belanda hingga Adisucipto dan tujuh rekannya tewas.

Ranggong Daeng Romo (32) awalnya bekerja pada pemerintah militer Jepang, namun berhenti setelah melihat kekejaman Jepang. Ia lalu membentuk pasukan untuk mempertahankan kemerdekaan. Ia gugur dalam sebuah pertempuran, setelah berhasil menggabungkan berbagai lascar rakyat di Sulawesi.

Supeno (33) menjabat sebagai Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan di masa Kabinet Amir Syarifuddin. Saat agresi militer Belanda, ia bergerilya bersama tentara rakyat menjauhi kota. Dalam gerilyanya, ia ditangkap Belanda dan bersama enam pejuang lainnya dieksekusi mati.

Wage Rudolf Supratman (35) belajar musik dari kakak iparnya, hingga ia pandai memainkan biola dnamenggubah lagu. Rasa nasionalismenya muncul ketika bergaul dengan tokoh-tokoh pergerakan nasional. Pada Kongres Pemuda II di Jakarta yang hasilkan rumusan Sumpah Pemuda, untuk pertama kalinya ia memperdengarkan lagu gubahannya Indonesia Raya.

Tengku Amir Hamzah (35) merupakan keturunan Sultan Langkat yang merupakan pelopor Sastrawan Angkatan Pujangga Baru. Lewat sastra, ia berusaha mengembangkan Bahasa Indonesia. Sejak 1938 beliau mulai anjurkan pemuda untuk menggunakan Bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Ia gugur dalam revolusi sosial yang dilakukan golongan kiri terhadap para bangsawan yang dianggap antri-republik dan memihak Belanda.

Karel Satsuit Tubun (37) mengenyam pendidikan di Sekolah Polisi Negara. Ia pernah ditugaskan menangani pemberontakan PRRI/Permesta di Sumatra Barat. Saat peristiwa G-30S/PKI, ia bertugas menjaga kediaman Wakil Perdana Menteri II dan tertembak mati.

Kapitan Pattimura (37) yang menjadi Panglima Perang, bersama pasukannya berhasil merebut benteng pertahanan Belanda. Setelah berhasil lolos dari berbagai insiden perlawanan, ia bersama para pemimpin perlawanan Maluku lainnya ditangkap dan dijatuhi hukuman gantung. Sebelum digantung, ia meneriakkan kata-kata penyemangat, “Pattimura-Pattimura tua boleh mati tetapi Pattimura-Pattimura muda akan bangkit kembali dan melawan.”

Yosaphat Sudarso (37) ditunjuk Presiden Soekarno sebagai Deputi Operasi untuk pembebasan Irian Barat dari Belanda. Bersama pasukannya, ia mengadakan patruli rutin di wilayah perbatasan. Rencana in tercium Belanda, yang segera menyiagakan kapal perusak. Kapal yang ditumpanginya tenggelam akibat tembakan musuh.

KH Abdul Wahid Hasyim (39) merupakan putra pendiri Mandrasah Tebu Ireng KH Hasyim Asy’ari. Ia memasukkan materi pelajaran umum ke pesantren. Sebagai kiai moderat, ia menjembatani perdebatan anatara kubu nasionalis yang menginginkan bentuk negara kesatuan dan kubu Islam yang menginginkan bentuk negara sesuai syariat Islam. Ia turut merumuskan Pancasila. Saat menjabat sebagai Menteri Agama, ia mewajibkan pengajaran agama di sekolah dan mendirikan perguruan tinggi Islam (kini Universitas Islam Negeri). Kyai Wahid meninggal dalam kecelakaan  mobil.

Sultan Hasanuddin (39) dingkat menjadi Sultan pada usia 24 tahun, ketika Belanda tengah berusaha menguasai perdagangan rempah-rempah. Ia menggabungkan kekuatan kerajaan-kerajaan kecil di Indonesia timur untuk melawan Belanda. Ia terus berjuang hingga Benteng Sombaopu yang merupakan pertahanan terakhir Kerajaan Gowa jatuh ke tangan Belanda. Hingga akhir hidupnya, Hasanuddin tak mau bekerjasama dengan Belanda.

At least banyak pembelajaran disini, bahwasanya ketulusan para pemuda/pemudi pada zaman kemerdekaan patut diapresiasi, dibandingkan kita yang sudah hidup dengan segala fasilitas yang ada, seharusnya lebih bisa bersyukur dan menghargai apa yang telah ditinggalkan oleh para Pahlawan kepada kita. Terimakasih para pahlawan Tanah Air.

Source:  Good News From Indonesia
https://www.goodnewsfromindonesia.id/2017/01/30/pahlawan-nasional-yang-wafat-di-usia-muda

Minggu, 22 Januari 2017

SEEKOR KUCING DAN SEPASANG BURUNG

Ada sangkar besar di tubuh kecil setiap burung. Surga bagi para pecinta burung, tempat mereka terperangkap lupa diri dan mati. Juga matamu, sepasang burung terakhir di bumi. Aku tak pernah membenci apa pun sebesar aku mencintai matamu.

Pikiran bukan penjara. Aku penjarakan pikiranku. Kututup pintunya buat semua tamu dan nama. Kecuali jiwamu, puisi tentang jalan-jalan lengang pukul tiga pagi.

Aku ingin menjadi seekor kucing di jalanan atau puisi. Aku ingin memangsa sepasang burung di wajahmu.

Jauh dalam tubuhku ada pohon yang tumbang dan tumbuh tiap hari. Juga sarang tempat angin sering mampir istirahat.

Kelak orang membaca puisi tentang taman kota, mengunjungi museum burung, atau membaca dongeng tentang hutan-hutan yang hilang. Mereka tersenyum mengingatkul.

"Pada zaman dahulu, ada seekor kucing menyelamatkan sepasang burung dengan memakan sepasang mata kekasihnya."

(Melihat Api Bekerja, Kumpulan Puisi M. Aan Mansyur)

Kamis, 19 Januari 2017

HOMOGENISASI PENDIDIKAN



teringat dengan kata-kata Ki Hajar Dewantara beberapa dasawarsa lalu.
"Jagung tidak bisa tumbuh menjadi padi, rawatlah jagung menjadi jagung"

Atau kata Enstein "Pada dasarnya seluruh orang jenius, namun jangan menyuruh ikan untuk memanjat pohon, ikan itu akan merasa dirinya paling bodoh sedunia"

Tapi pendidikan di Negara ini terlalu seragam, anak-anak di Sekolah Dasar dipaksa harus mengikuti pelajaran yang normatif, yang tidak suka menghitung ya harus menghitung, yang tidak suka menghafal ya kudu menghafal.
Bahkan anak kelas 4 SD pada kurikulum sekarang diberikan pendidikan tentang kelembagaan negara, Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung dan Undang-undang. SEBUAH PELAJARAN YANG MENARIK BUKAN? #NadaSarkastik

Usia SD - SMA adalah masa "labil" dimana anak-anak gencar mencari jati diri dan mengaktualisasikannya, pembelajaran yang paling efektif adalah sebuah proses yang memunculkan rasa keingintahuan anak secara genuine pada suatu bidang.
Namun dgn mata pelajaran yang begitu banyak sehingga rasa keingintahuan mereka dikekang secara langsung oleh Lembaga Pendidikan yang seharusnya menimbulkan rasa genuine curiosity dari siswanya.

Disisi lain, edukasi seks tidak dijelaskan di Sekolah, bagaimana anak-anak seharusnya diedukasi tentang alat vital mereka yang nantinya akan menjadi sangat private dan akan beralih fungsi sebagai alat reproduksi.
Sebuah ironi ketika kita menggunakan search engine (Google) dan coba memasukkan keyword: "Anak SMP" Maka yang akan muncul akan Anak SMP melahirkan di kelas, atau Anak SMP LGBT.

Di NKRI tercinta, setiap ganti Menteri ganti Kurikulum hehe. Penyelesaiannya, ya harus pendidikan dari rumah masing-masing. Dan untuk solusi jangka panjangnya, kita semua harus melek politik, stop menjadi masyarakat yang apatis
sudah saatnya orang baik masuk kedalam pemerintahan, at least ya berkarya lewat BUMN. Semangat untuk kita semua, mari benahi pendidikan di Indonesia!

#MasAlilForPresident

Senin, 16 Januari 2017

Jokowi dan Sapu Lidi



Politik yang gaduh. Inilah potret yang bisa ditangkap dalam setahun terakhir ini. Kegaduhan politik dipicu oleh banyak hal. Publikpun larut dalam pusaran kegaduhan politik tadi. Energi nasional seolah terserap habis. Kita seolah lupa, bahwa telah terjadi pelemahan ekonomi global yang berdampak pada pelemahan ekonomi di dalam negeri. Alih-alih bersama-sama mencari jalan keluar, yang terjadi justru saling menyalahkan dan menyulut kegaduhan yang baru.

Berbagai kegaduhan itulah yang menjadi ujian paling berat bagi Pemerintahan Jokowi. Kegaduhan mau tidak mau mengganggu konsentrasi Jokowi di tengah mengupayakan pemenuhan janji-janjinya kepada rakyat, melalui implementasi dan eksekusi program Nawa Cita. Sejauh ini, aneka kegaduhan politik tidak menyurutkan langkah presiden Joko Widodo memenuhi janji-janjinya kepada rakyat. Dan seperti yang kita rasakan dan amati bersama, secara bertahap Jokowi telah merealisasikan janji-janjinya itu.

Penegakkan hukum mulai menunjukkan perubahan yang menggembirakan. Jajaran kepolisian dan Kejaksaan Agung mulai proaktif dalam merespons kasus. Pada saat yang sama, KPK juga konsisten. Pada tahun 2015, KPK setidaknya menangani kasus 81 orang anggota DPR/DPRPD, 14 gubernur, 48 bupati/wali kota dan 118 pejabat eselon. KPK juga tak berhenti dalam melakukan operasi tangkap tangan. Langkah serupa mulai diikuti kepolisian dan jajaran kejaksaan. Misalnya Polda Metro Jaya yang melakukan operasi tangkap tangan dugaan suap pajak di DKI Jakarta.

Pemerintah berusaha keras segera mewujudkan konsep kemandirian pangan dan energi melalui serangkaian kebijakan. Pemerintah Jokowi juga terus mengembangkan program untuk membantu rakyat miskin dan pemberdayaan rakyat agar angka kemiskinan bisa ditekan. Akselerasi pembagian Kartu Indonesia Pintar, Kartu Indonesia Sehat dan Kartu Keluarga Sejahtera merupakan langkah nyata menekan angka kemiskinan. Bantuan pangan berupa rastra (raskin) menjadi 14 kali dalam setahun.

Sejak awal duduk di kursi kepresidenan, Jokowi sadar begitu banyak persoalan yang tengah dihadapi bangsa ini dan membutuhkan penanganan yang cepat agar bangsa ini tidak terpurpuk semakin dalam. Penulis mengibaratkan Jokowi bagaikan berjalan di atas gelombang, berjalan di atas gulungan ombak dan hempas badai. Jokowi pasang badan, menghadapi semua tantangan dengan senyuman, menaklukkan berbagai kendala dengan trengginas, serta mengesekusi program dan kebijakan tanpa banyak basa-basi. Jokowi harus pandai pandai menghadapi berbagai dinamika dan tantangan disekitarnya, agar bisa mewujudkan program-programnya.

Namun demikian, kalau kita mau jujur, berbagai program yang telah dieksekusi telah memberi banyak manfaat bagi rakyat banyak. Peningkatan produksi beras secara nasional, ditengah bayang-bayang El Nino, tidak lepas dari upaya khusus (Upsus) pertanian yang diterapkan pemerintahan Jokowi. Demikian pula penambahan pasokan listrik mulai dirasakan di berbagai daerah.




Bila mencermati setahun perjalanan pemerintahannya, Jokowi seperti orang yang menempati rumah baru. Wajar apabila Jokowi sebagai penghuni baru rumah itu melakukan bersih-bersih,, merapikan rumah itu. Untuk membersihkan rumah, antara lain digunakan sapu lidi. Dengan sapu lidi di tangan, Jokowi membersihkan rumahnya, merapikan rumahnya. Rupanya banyak hal yang harus dilakukan pak presiden agar tempat tinggalnya tampak nyaman dan asri.

Sebagai Kepala Negara dan Kepala Pemerintanhan, Jokowi juga membutuhkan 'sapu lidi' lain. Jokowi harus melakukan sinergi dari seluruh elemen bangsa ini untuk menghadapi dan mengalahkan berbagai tantangan yang ada. Diperlukan pula koordinasi, integrasi, simplikasi dan sinkroniasi bagi seluruh pemangku kepentingan bangsa ini.

Badab Usaha Milik Negara (BUMN) didorong untuk bersinergi antara satu dengan yang lain, sehingga memiliki satu kekuatan untuk menggarap proyek skala besar. Pembangunan pelabuhan Kuala Tanjung menjadi sebuah potret dari sinergi BUMN saat ini. Untuk mengatasi gejolak harga pangan, Jokowi tak segan mengundng makan siang pedagang beras dan berbagai pihak terkait ke Istana Negara. Dari meja makan siang itu dicari akar masalahnya, juga dibicarakan solusi untuk mengatasi masalah itu.

Pada setahun terakhir kita memang menangkap irama baru dalam perjalanan bangsa ini. Jokowi dengan sapu lidinya, konsisten melakukan bersih-bersih di semua sudut. Berbagai kebijakan yang diambil, membuat banyak orang terkaget-kaget. Misalnya, mendukung pembekuan PSSI, penenggelaman kapa pencuri ikan, eksekusi mati gembong narkoba, pencabutan hak guna usaha perkebunan yang lahannya terbakar, hingga mempidanakan perusahaan asing pembakar hutan.

Kita juga menyaksikan berbagai inisiatif Presiden mendorong para pelaku ekonomi bersinergi antara satu dengan yang lain. Kita juga menyaksikan berbagai terobosan lain, misalnya mengeksekusi proyek-proyek strategis yang mangkrak, menolak melakukan ground breaking proyek yang belum ada progressnya. Jokowi tengah membangu sebuah fondasi yang kokoh untuk kita semua di masa depan. Fondasi yang akan menjadi pijakan kita bersama, agar kita mampu membuat lompatan lompatan besar untuk mengejar ketertinggalan kita.

Pengantar 1 Tahun Jokowi, Berjalan Diatas Gelombang.

PIDATO PELANTIKAN PRESIDEN RI, DPR RI 20 OKTOBER 2014

Kita juga hadir di antara bangsa-bangsa 

dengan kehormatan, dengan martabat, 

dengan harga diri. Kita ingin jadi bangsa yang menyusun 

peradaban sendiri, bangsa yang kreatif, yang 

bisa mengembangkan peradaban global. Kita 

harus bekerja sekeras-kerasnya, 

bahu-membahu, sebagai negara maritim, 

samudra, laut, selat dan teluk adalah masa 

depan peradaban kita.


Kita telah terlalu lama memunggungi laut, 

memunggungi samudra, dan memunggungi selat dan teluk. 

Ini saatnya kita mengembalikan semuanya sehingga 'Jalesveva Jayamahe', di 

laut justru kita jaya, sebagai semboyan kita di 

masa lalu bisa kembali.