|
Judul diatas adalah definisi dari
membaca, membaca itu kebutuhan, dalam satu karya Pramoedya Ananta Toer tertulis
“Tahu kau mengapa aku sayangi kau lebih dari
siapapun? Karena kau menulis. Suaramu takkan padam ditelan angin, akan abadi,
jauh, jauh di kemudian hari.”
Di usia 10
tahun Bill Gates telah membaca habis World Book Encylopedia seri pertama
hingga terakhir.
Atau, contoh
lainnya, Hitler kecil yang gemar membaca buku-buku tebal tentang politik,
kesusasteraan sedunia dan juga buku non-fiksi di perpustakaan Wina, membaca
dapat merubah cara pandang manusia. Jika saja hitler tidak membaca, maka
peradaban dunia mungkin tidak seperti sekarang. Jika tidak percaya, silahkan
baca buku Mein Kampf karangan Adolf Hitler, bagaimana buku-buku Marxisme
mengubah pola pikirnya.
Ingin contoh
lainnya lagi? Theodore Roosevelt rutin baca 3 buku sehari. Kalo kita?
makannya yg 3 kali sehari.
Dan itu
semua masih seujung kuku hobi membaca Ulama, semisal Imam An Nawawi yg tidak
hanya baca tapi juga hafal 7000 hadist Imam Muslim dengan sekitar 9-10 sanad
ditambah 4-5 sanad inti dari Imam Muslim sampai Nabi. Kita boro-boro hafal,
bacanya aja jarang.
|
Lalu saya
jadi teringat candaan Bung Karno, kepada sohib sejatinya, Bung Hatta. “Jika di
angkot tertinggal Hatta dan seorang perempuan cantik, tebak apa yang dilakukan
Hatta? Jawabannya Baca Buku.” Pecah tawa di rapat kabinet karena kelakar bung
Karno.
Masih
tentang bung Hatta, 2 (dua) kali diasingkan Belanda ke Boven Digul dan Banda
Neira, apa yang beliau hasilkan? Perpustakaan, beliau menulis, mengajari
membaca masyarakat sekitar, membuat koleksi buku untuk dikonsumsi oleh khalayak
Boven dan Banda.
Mungkin
kalau Millenials sekarang yang “diasingkan”, kami tidak langsung berkarya, ada
beberapa step wajib yang harus
dijalankan seperti: galau dulu berapa saat, terbaawa perasaan, lalu baru update
status ke Sosial Media. Kalau si Bung,
Beliau diasingkan, justru beliau bersinar.
Penelitian
Tirto 13 April 2017 tentang Perpustakaan menyebutkan Finlandia mempunyai
sekitar 300 perpustakaan besar dan 500an perpustakaan cabang dan, untuk
daerah-daerah berpenduduk jarang, perpustakaan keliling yang saling terhubung
dalam sistem terpadu. Perpustakaan-perpustakaan itu relatif populer. Sekitar 40
persen warga Finlandia aktif memanfaatkan fasilitas tersebut.
Bandingkan
dengan Indonesia, dari 134.718 Perpustakaan yang ada di Indonesia, hanya 9,97%
perpustakaan yang mendapat bantuan dari Pemerintah. Dan apakah perpustakaan
tersebut dimanfaatkan oleh 40% warga Indonesia, saya takut angkanya tidak
seoptimis itu.
Bahaya jika
vector/arah bangsa ini adalah menjadi Negara Maju dengan kekuatan ekonomi
terbesar No.5 di tahun 2030, jika membaca saja kita enggan, lalu bagaimana kita
compete dengan Negara lain yang setiap
saat mereka update keilmuan dan literasi mereka.
“Membaca adalah kebiasaan yang dibentuk oleh
lingkungan. Orang-orang yang tidak mendapatkan kebiasaan membaca dari keluarga
dan pergaulannya maka hanya dapat mengharapkan sekolah untuk memperkenalkan
kebiasaan itu kepada mereka.”
Negara
ini bisa merdeka, karena ada orang-orang gemar membaca buku seperti bung Hatta,
analoginya akan sama, 2030, akan menjadi tahun Indonesia jika generasi saat ini
sama gemar membacanya dengan bung Hatta.
Yuk
kita ciptakan budaya membaca baik untuk diri sendiri dan keluarga, budaya
adalah kebiasaan yang disepakati bersama, jadi yaa harus dibiasakan.