Kamis, 19 Januari 2017

HOMOGENISASI PENDIDIKAN



teringat dengan kata-kata Ki Hajar Dewantara beberapa dasawarsa lalu.
"Jagung tidak bisa tumbuh menjadi padi, rawatlah jagung menjadi jagung"

Atau kata Enstein "Pada dasarnya seluruh orang jenius, namun jangan menyuruh ikan untuk memanjat pohon, ikan itu akan merasa dirinya paling bodoh sedunia"

Tapi pendidikan di Negara ini terlalu seragam, anak-anak di Sekolah Dasar dipaksa harus mengikuti pelajaran yang normatif, yang tidak suka menghitung ya harus menghitung, yang tidak suka menghafal ya kudu menghafal.
Bahkan anak kelas 4 SD pada kurikulum sekarang diberikan pendidikan tentang kelembagaan negara, Mahkamah Konstitusi, Mahkamah Agung dan Undang-undang. SEBUAH PELAJARAN YANG MENARIK BUKAN? #NadaSarkastik

Usia SD - SMA adalah masa "labil" dimana anak-anak gencar mencari jati diri dan mengaktualisasikannya, pembelajaran yang paling efektif adalah sebuah proses yang memunculkan rasa keingintahuan anak secara genuine pada suatu bidang.
Namun dgn mata pelajaran yang begitu banyak sehingga rasa keingintahuan mereka dikekang secara langsung oleh Lembaga Pendidikan yang seharusnya menimbulkan rasa genuine curiosity dari siswanya.

Disisi lain, edukasi seks tidak dijelaskan di Sekolah, bagaimana anak-anak seharusnya diedukasi tentang alat vital mereka yang nantinya akan menjadi sangat private dan akan beralih fungsi sebagai alat reproduksi.
Sebuah ironi ketika kita menggunakan search engine (Google) dan coba memasukkan keyword: "Anak SMP" Maka yang akan muncul akan Anak SMP melahirkan di kelas, atau Anak SMP LGBT.

Di NKRI tercinta, setiap ganti Menteri ganti Kurikulum hehe. Penyelesaiannya, ya harus pendidikan dari rumah masing-masing. Dan untuk solusi jangka panjangnya, kita semua harus melek politik, stop menjadi masyarakat yang apatis
sudah saatnya orang baik masuk kedalam pemerintahan, at least ya berkarya lewat BUMN. Semangat untuk kita semua, mari benahi pendidikan di Indonesia!

#MasAlilForPresident

Tidak ada komentar:

Posting Komentar